Kepala Ohoi Wulurat, Denisius Sarkol. (foto; Keleproject)
Malraterkini.com.- Pemerintah Ohoi (Desa) Wulurat Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara bakal menjadikan momentum Festival Budaya Wulurat tahun 2025 sebagai ajang promosi budaya dan produk kerajinan lokal.
Kepala Ohoi Wulurat, Denisius Sarkol mengungkapkan, pagelaran festival budaya dan nilai sejarah Ohoi Wulurat menjadi salah satu momen yang akan menghadirkan kekayaan dan keanekaragam budaya lokal serta produk-produk lokal yang telah termakan perkembangan zaman.
Pagelaran Festival Budaya dan Sejarah yang akan dilaksanakan di Ohoi Wulurat, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, berlangsung tanggal 23 September 2025 menjadi momen yang dinanti-nantikan bukan hanya oleh masyarakat ohoi Wulurat, tapi juga masyarakat di ohoi sekitar.
Denisius menyebutkan festival tersebut akan melibatkan kurang lebih 300 peserta yang berasal dari ohoi sekitar bukan sebagai sebagai penonton atau tamu, tetapi juga diberikan kesempatan untuk menampilkan berbagai pentas seni khas ohoi dan produk lokal.
“Saat ini stand-stand produk lokal untuk ohoi sedang disiapkan. Mereka nantinya akan menjual produk-produk mereka. Produk lokal ini dipasarkan agar tetap dilestarikan ditengah perubahan zaman dari produk lokal digantikan dengan produk pabrik,”terangnya.
Festival ini, lanjut Denisius, merupakan momen yang nantinya akan menunjukan kearifan lokal dari Ohoi Wulurat, dan juga ohoi-ohoi lainnya pada tanggal 22 – 23 September 2025.
“Kami sangat berharap melalui festival ini nanti, bukan hanya agenda satu kali saja. Tapi kalau bisa setiap tahun atau dua tahun sekali. Sehingga nilai-nilai budaya dan sejarah yang kita punya ini bisa diwariskan kepada anak cucu kita agar tidak punah dimakan zaman,”paparnya.
Meski kesiapan festival terbatas waktu, walaupun keterbatasan waktu, tetapi pemerintah ohoi serta masyarakat berpartisipasi untuk menyukseskan agenda ini.
“Katong (kami) mau, momen ini juga bisa jadi perangsang untuk UMKM di ohoi agar bisa produk lokal mereka bisa memberikan pendapatan kepada masyarakat ohoi. Lalu produk seperti tikar, nyiru, dan anyaman tangan lokal yang sudah mulai hilang. Karena itu, perlu dilestarikan kembali,” tutupnya. (JF)