Ohoi Wulurat, Ohoi Yang Merawat Budaya dan Adat istiadat Ditengah Gempuran Modernisasi
Laporan : Fredi Jamrevav/Malraterkini.com
Desa Wulurat atau oleh masyarakat Kei disebut Ohoi Wulurat. Ohoi yang terletak di wilayah administrasi Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara itu menyimpan segudang budaya dan sejarah peradaban. Meski masyarakat Wulurat kini hidup dalam gempuran era modernisasi, namun budaya dan adat-istiadat tak lekang oleh waktu.
Ohoi Wulurat, sebagai ohoi (setingkat dusun) di Kabupaten Maluku Tenggara memiliki keunikan tersendiri. Betapa tidak, desa yang berada di pusat Kecamatan Kei Besar masih hidup dengan mempraktekan kearifan lokal. Dalam aktivitas kehidupan masyarakat misalnya dalam urusan pemerintahan desa, aktvitas kehidupan keagamaan dan kehidupan sosial kelahiran, perkawinan, hingga kematian sangat kental adat istiadat.
Keunikan Wulurat lainnya, ohoi tersebut memiliki situs pra sejarah berupa kampung tua atau oleh masyarakat adat Kei disebut ‘Woma’ dan masyarakat adat Wulurat menamai Woma El Walob Bail Nganu.
Bentuk kampung tua ‘Woma El Walob Bail Nganu’ yang dikelilingi tembok dari batuan yang konon dikisahkan dibangun ratusan tahun silam.Tembok bebatuan yang mengelilingi Woma disebut dengan Lutur Ko Yam Faak. Keberadaan Lutur Ko Yam Faak menjadikan Ohoi Wulurat terlihat begitu mistis dan sakral.
Struktur Woma El Walob Bail Nganu. (foto: Keleproject)
Tak Hanya Woma El Walob Bail Nganu dan Lutur Ko Yam Faak, masih terdapat juga situs pra sejarah Ohoi Wulurat yaitu pemakaman para leluhur pertama yang mendirikan atau berdiam di Ohoi Wulurat. Situs Pemakaman alami terbuat dalam susunan batuan alam menyerupai persegi empat dimana kerangka para leluhur yang telah meninggal ditempatkan di dalam bebatuan pesergi empat yang disusun seperti pekuburan umum modern. Situs ini disebutkan sebagai ‘Iksail’ atau makam batu.
Ohoi Wulurat dari generasi ke generasi terus merawat budaya, salah satu budaya kesenian berupa tarian dan ritual adat yang selalu ditampilkan dalam berbagai kesempatan. Ketika berlangsung hajatan pemerintah atau gereja, seperti dua sisi mata uang maka ritual adat dan tarian adat selalu ditampilkan.
Keunikan inilah yang menghantarkan Ohoi Wulurat pada tahun 2020 lalu ditetapkan sebagai salah satu Desa Wisata Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara. Pemerintah Ohoi dan Masyarakat Ohoi Wulurat terus berupaya menjadikan keunikan Ohoi Wulurat menjadikan salah satu pilihan Destinasi Wisata ketika ada wisatawan berkunjung ke Kabupaten Maluku Tenggara.
Tahun 2025, atas prakarsa Balai Pelestarian Budaya Wilayah XX Provinsi Maluku, Ohoi Wulurat dinobatkan sebagai desa yang akan diselenggarakan Festival Budaya. Pemerintah Ohoi Wulurat dan masyarakat menyambut dengan riang gembira.
Kepala Ohoi Wulurat, Denisius Sarkol dalam wawancara bersama Malraterkini.com menyebutkan Ohoi Wulurat ditunjuk oleh Balai Pelestarian Budaya Wilayah XX, menjadi tuan rumah pelaksanaan Festival Budaya Lokal tahun 2025.
“Ohoi Wulurat, Kecamatan Kei Besar Kabaten Maluku Tenggara akan menyelenggarakan festival budaya dan sejarah yang akan digelar oleh Ohoi Wulurat, diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX, yang akan berlangsung Selasa 23 September 2025,” jelas Denisius kepada Malraterkini.com di Langgur, Selasa (9/9/2025).
Pagelaran festival sesuai rancangan sudah dimulai sejak 21 September 2025 dan puncaknya berakhir tanggal 23 September 2025. Berbagai kesiapan sementara dilaksanakan antara kordinasi dengan desa atau ohoi tetangga, lokasi ritual adat, tarian adat, dan lokasi stand pameran kerajinan tangan warga lokal.
“Sesuai jadwal, mulai tanggal 21 September 2025, para peserta yang berasal dari berbagai ohoi tetangga kurang lebih 300 peserta akan melakukan registrasi dan penempatan tempat tinggal di Ohoi Wulurat. Selanjutnya, tanggal 22 September 2025, akan dilangsungkan gladi bersih, dan pada sore harinya itu para kepala-kepala marga akan mengunjungi makam leluhur mereka untuk menyampaikan pelaksanaan kegiatan ini,”tuturnya.
Festival Budaya Ohoi Wulurat akan menjadi momentum bagi warga lokal mempromosikan budaya dan potensi setiap ohoi. Pada tanggal 23 September, rangkaian kegiatan dilaksanakan diantaranya pagelaran kesenian, budaya, tarian, dan pesta rakyat.
“Ohoi-ohoi tetangga pada momen ini mereka akan mempromosikan produk-produk kerajinan tangan lokal yang mereka miliki. Ini adalah bentuk upaya agar kita bisa melestarikan hasil produk lokal yang sudah hampir punah dan melestarikan budaya berupa tarian adat yang akan diperagakan saat acara berlangsung,”akuinya.
Orang nomor satu di Ohoi Wulurat itu berharap, festival budaya tak sebatas tahun 2025. Nantinya, pemerintah ohoi dan nantinya dikordinasikan ke pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara diharapkan menjadi event tersebut menjadi event wisata budaya tahunan.
“Kami mengharapkan pagelaran festival budaya dan sejarah Wulurat bukan hanya sekali ini saja. Tetapi akan dilaksanakan setiap tahunnya sebagai wujud nyata pelestarian budaya dan sejarah yang ada. Kedepa, tiap tahun, ohoi-ohoi tetangga bahkan ohoi yang lebih jauh lagi bisa nanti berpartisipasi untuk mereka bisa memamerkan produk lokal mereka seperti tikar, nyiru, dan pementasan budaya seni sebagai wujud pelestarian budaya,”harapnya. (***)