Sebut MTH Juru Selamat, Inilah Penjelasan Utha Savsavubun

Bagikan Artikel

Warga Desa Ohoililir menyambut pasangan MTH-VR. (Foto: Istimewa)

 

Malraterkini.com.-  Pernyataan Politisi PDI Perjuangan, Eusebius Utha Savsavubun yang menyatakan Petahan Bupati Maluku Tenggara, Muhammad Thaher Hanubun (MTH) sebagai juru selamat pembangunan gedung gereja Katolik Langgur menuai kontroversi.

Namun, bagi Utha (sapaan akrab) menyematkan kata juru selamat kepada sosok MTH sebagai ungkapan Hanubun berhasil mendorong penyelesaian pembangunan gedung gereja Katolik Langgur.

Menurut Utha, MTH telah memimpin selama 5 tahun. Ada kekurangan tapi adapula kelebihan. Salah satu kelebihan yang diapreasiasi adalah mendorong penyelesaian rumah ibadah (gereja dan masjid) yang terbengakalai.

“Saya menyebut MTH sebagai juruselamat pembangunan gedung gereja Katolik Langgur. Kata juru selamat tidak bisa dikonotasikan sebagai juru selamat sang penebus dosa manusia Yesus Kristus. Jika merujuk kamus besar bahasa Indonesia, juru selamat diartikan sebagai orang yang membantu saat kesukaran, “tandas Utha di Desa Ohoililir, Kamis (7/11/2024).

“Jangan konotasi kan juru selamat ansih sebagai juru selamat sang penebus dosa manusia Yesus Kristus. dalam kamus besar bahasa Indonesia, disitu terlihat jelas makna juru selamat adalah orang yang membantu kita saat susah. Dan, yang membantu penyelesaian gereja terbengkalai adalah pak MTH, melalui kebijakan belanja hibah, “sambungnya.

 

Warga Desa Ohoililir terlihat antusias mengikuti kampanye pasangan MTH-VR.

 

Mantan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Maluku Tenggara itu pun memuji keberanian dan kebijaksanaan sosok MTH yang memprioritaskan penyelesain bangun rumah ibadah, salah satunya gereja Katolik Langgur.

Ia menjelaskan, biasanya belanja dana hibah itu merupakan bagian terakhir dari  struktur APBD,karena harus memprioritasikan urusan wajib pemerintah berkaitan pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.

“Namun, beliau (MTH) berani mengambil kebijakan beresiko tinggi, beliau mengambil dulu hibah memprioritaskan (rumah ibadah) setelah itu baru pada pelayanan dasar dan lainnya. Saya tahu cara berpikir ini, hanya dapat dibuat oleh pemimpin-pemimpin pilihan. Maka uang itu (dana hibah) masuk baru kita menyelesaikan pembangunan gereja, “jelasnya.

Terkait pernyataan  yang menuai kontroversi, Utha menanggapinya diplomatis. Menurutnya, seorang politisi sejati hendaknya mengeluarkan pernyataan yang berpotensi turbulensi atau goncangan politik.

“Seorang politisi harus mampu membuat goncangan politik, turbulensi, dengan statemen. Ini baru goncangan kecil, mereka sudah panik, “ujarnya dengan candaan. (SAT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *